Sebagai perguruan tinggi yang baru satu tahun berdiri, Multimedia Nusantara Polytechnic (MNP) perlu belajar dari institusi-institusi lain. Hal ini dilakukan untuk bertukar pengalaman mengenai bagaimana pengelolaan organisasi bisa menjadi lebih baik. Untuk itu, MNP melakukan kunjungan dalam rangka studi banding ke Politeknik Bina Madani (Poltek BIMA) pada Kamis, (26/1).
Studi Banding Bersama Poltek Bima
Kunjungan pertama dilakukan ke perguruan tinggi vokasi yang berlokasi di wilayah Cikarang, yakni Politeknik Bina Madani atau yang lebih dikenal dengan Poltek BIMA. Politeknik ini berdiri sejak Desember 2020 dan mulai operasional pada Oktober 2021 seperti MNP. Meski baru dua tahun beroperasi, namun Poltek BIMA telah memiliki tiga Angkatan, karena penerimaan mahasiswa barunya dilakukan pada tiap semester.
Poltek BIMA memiliki tiga Program Studi, yakni Akuntansi, Desain Media, dan Manajemen Pemasaran Internasional. Direktur Poltek Bima, Dendi Pratama menyambut kunjungan dari MNP dengan sangat hangat. Ia sangat senang dengan diskusi yang dilakukan untuk menghasilkan inisiatif-inisiatif nyata yang mungkin bisa dilakukan dalam waktu dekat.
“Terima kasih MNP sudah hadir jauh-jauh dari Tangerang ke Cikarang. Ada banyak sekali hal yang bisa disinergikan sebagai sesama politeknik yang baru saja berdiri. Apalagi kita sama-sama anggota yang menginisiasi pendirian Perkumpulan Politeknik Swasta (Pelita) Indonesia,” ujar Dendi.
Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Roy Anthonius selaku Direktur MNP. Kebutuhan politeknik untuk memasarkan dirinya sendiri cukup menantang. Sehingga sesame politeknik harus saling membantu untuk membuat ekosistem politeknik lebih berkembang.
“Misalnya politeknik yang punya media membantu politeknik yang tidak punya kekuatan media, misalnya politeknik kesehatan. Nantinya dengan saling support bukan hanya dapat profit, tapi juga bisa jadi pengabdian buat dosen, di kelas juga bisa jadi case study. Everybody’s happy. Terpenting adanya solidaritas dan kekompakan,” jelas Roy.
Bertukar Ide Pengelolaan Politeknik bersama Poltek BIMA
Ada beberapa hal yang dapat dipelajari dari studi banding ini. Seperti adanya sedikit perbedaan dari sisi cara pengajaran, hingga fasilitas kampus yang disediakan. Poltek BIMA langsung mengedepankan kemampuan teknis di tahun pertama mahasiswa. Selain itu, politeknik yang terletak di Kawasan industri ini juga membebaskan kreativitas mahasiswanya, yang salah satu bentuk nyatanya diwujudkan menjadi BIMA Café dengan konsep open space & creativity yang terlihat dari banyaknya mural di dinding kafe.
“Terus kami juga gandeng UMKM di sekitar kampus untuk dibuatkan desain produk/kemasannya. Karena sebenarnya peluang bisnis di kawasan industri lebih besar, tetapi effort-nya juga luar biasa besar. Setelah 5-10 pertemuan, UMKM baru tersadar bahwa menggunakan ilmu dalam bisnis akan memberikan dampak positif,” terang Dendi.
Roy menambahkan, insight seperti itu perlu diserap oleh MNP sekaligus memberikan insight kepada institusi yang diajak berdiskusi. Oleh karena itu, studi banding diperlukan agar ide baru mengenai pengelolaan, hingga tips & trick untuk menghadapi akreditasi institusi maupun program studi bisa didapatkan sekaligus memperkuat kerja sama.
“MNP juga saat ini masih dalam proses menimbang model pembelajaran yang paling tepat, saat ini juga sudah mulai menemukan best practices. Makanya kita lakukan studi banding. Ke depan, kita bisa bekerja sama untuk membuat sesuatu. Misalnya Conference bisa dikerjakan bersama politeknik yang terkait media atau desain. Dosen-dosen bisa punya panggung untuk meningkatkan Jenjang Jabatan Akademik (JJA) dan mengisi Beban Kinerja Dosen (BKD) mereka,” pungkas Roy.
Baca juga berbagai informasi menarik lainnya yang bisa kamu temukan pada halaman News dan Feature pada website MNP. Sampai jumpa di artikel selanjutnya.