politeknik tempo

Belajar ke Sesama Politeknik Bentukan Grup Media, MNP Kunjungi Politeknik Tempo

Sebagai perguruan tinggi yang baru satu tahun berdiri, Multimedia Nusantara Polytechnic (MNP) perlu belajar dari institusi-institusi lain. Hal ini dilakukan untuk bertukar pengalaman mengenai bagaimana pengelolaan organisasi bisa menjadi lebih baik. Untuk itu, MNP melakukan kunjungan dalam rangka studi banding ke Politeknik Tempo pada Kamis, (26/1).

Politeknik Tempo berlokasi sangat dekat dengan kantor pusat Kompas Gramedia Group, yakni wilayah Palmerah, Jakarta. Perguruan tinggi vokasi ini berada satu gedung dengan kantor redaksi dan percetakan Majalah Tempo. MNP dan Politeknik Tempo memiliki sejumlah kesamaan. Keduanya merupakan institusi pendidikan yang diinisiasi oleh grup media dan sama-sama memulai operasional kampus pada September 2021.

MNP dari Grup Kompas Gramedia, Politeknik Tempo dari Majalah Tempo

politeknik tempo

Berdasarkan kesamaan latar belakang tersebut, kedua politeknik ini pun mengedepankan gaya pembelajaran yang tidak jauh berbeda. Hanya saja, meskipun sama-sama memiliki tiga program studi, namun tidak ada program studi yang sama. Program studi di Politeknik Tempo mengawali operasional pendidikannya dengan membuka Program Studi Manajemen Pemasaran Internasional, Produksi Media, dan Desain Media.

Sementara itu, kesamaan dari sisi pengajaran adalah penggunaan metode Project Based Learning. Bahkan Direktur Politeknik Tempo, Shalfi Andri mengatakan bahwa di kampusnya ujian sudah tidak lagi dilaksanakan secara tertulis. Melainkan juga menunjukkan karya-karya yang telah dihasilkan selama satu semester.

“Politeknik UAS (Ujian Akhir Semesternya) bukan hanya tertulis, hasil akhirnya betul² karya, seperti pameran dan nonton film bareng dari prodi produksi media. Nah, yuk kalau mau kita kerja sama festival film mahasiswa, dokumenter dari Tempo dan animasi dari MNP,” ungkapnya.

Politeknik Tempo dan MNP, Punya Tantangan yang Sama

politeknik tempo

Senada, Roy Anthonius selaku Direktur MNP pun menjelaskan bahwa kesamaan yang dimiliki oleh kedua politeknik ini bisa terus menghasilkan kolaborasi di industri kreatif. Agenda MNP ke Politeknik Tempo adalah belajar mengenai akreditasi, berbagi insight dengan politeknik yang usianya sama agar bisa mencari pemecahan masalah bersama.

“Kesulitan di politeknik itu membutuhkan pengajar dari praktisi, namun secara formal mereka tidak bisa karena gak banyak praktisi yang sudah S2. MNP dan Tempo sama² didukung oleh grup media, tapi bedanya di nama MNP gak pake nama poltek KG. Jurusannya juga industri kreatif, jadi kalo memungkinkan kita kerja sama lebih jauh,” sambung Roy.

MNP dan Politeknik Tempo juga sama-sama memiliki tantangan dalam mengenalkan konsep politeknik ke masyarakat dan khususnya calon mahasiswa beserta orang tuanya. Roy dan Shalfi menjelaskan bahwa memperkenalkan konsep politeknik itu lebih sulit dibanding perguruan tinggi  akademis.

“Jadi kami juga sangat senang dengan MNP yang melakukan pemasaran ke berbagai daerah di Indonesia, bisa membantu sekali. Selain itu, untuk memudahkan dari segi sistem akreditasi, kita bisa sama-sama mengusulkan dengan anggota PELITA (Perkumpulan Politeknik Swasta) untuk membentuk LAM (Lembaga Akreditasi Mandiri) Vokasi,” pungkasnya.

Menu