Belajar Pengelolaan Pendidikan Vokasi dari Australia

Multimedia Nusantara Polytechnic (MNP) mendapat kerhormatan saat menyambut kunjungan dari Belinda Rimbo, perwakilan dari Pemerintah Negara Bagian Victoria, Australia. Belinda merupakan Education Services Director di Victorian Government Trade & Investment Office, State Governement of Victoria, Australia. Ia hadir di Kampus MNP pada Selasa (4/4) sekaligus mewakili Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT), Melbourne, Australia. Dalam kunjungan ini membahas tentang pendidikan vokasi di di Indonesia dan Australia.

Pendidikan Vokasi di Indonesia dan Australia

Kunjungan Belinda ke Kampus MNP didampingi oleh Wakil Rektor VI Bidang Kerja Sama UMN, Prof. Muliawati G. Siswanto dan Manajer Continuing Education Department UMN, Johanes T. Boro. Tujuan kunjungannya adalah sebagai representatif perguruan tinggi yang berada di Negara Bagian Victoria. Belinda ingin mencari tahu model politeknik di Indonesia untuk dikolaborasikan.

“Saya ke sini memang mau tanya-tanya mengenai detail program studi. Apa masing-masing perbedaannya, apa yang membuat student memilih politeknik daripada universitas, karena dari sisi harga tidak berbeda jauh. Berikutnya, di Victoria ada beberapa politeknik yang mungkin bisa diajak kerja sama. Salah satunya Melbourne Polytechnic,” ujar Belinda.

Menjawab pertanyaan Belinda, Direktur MNP, Roy Anthonius Susanto mengatakan bahwa MNP selalu memberikan nilai tambah bagi proses belajar-mengajar hingga jaminan experience & networking bagi lulusan. Selain itu, MNP juga menyasar pada segmen mengah dan menengah ke atas, tidak seperti politeknik lainnya, sehingga kualitas nilai tambah yang diberikan menjadi penting. Namun dalam pelaksanaan di awal operasional, MNP sebagai perguruan tinggi vokasi menghadapi beberapa tantangan.

“Banyak sekali mahasiswa mau belajar praktis. Namun, sebelumnya mereka hanya tau belajar kuliah di universitas. Kita memang sengaja mengambil posisi yang segmennya mirip seperti di universitas. Butuh waktu untuk meningkatkan awareness bahwa di MNP punya banyak value added. Misal, di kursus siswa punya kompetensi, tapi kalau di MNP juga punya networking, asosiasi, komunitas, dan sebagainya. Ini yang sedang kita coba bangun. Ada tantangan, tapi potensinya juga banyak,” papar Roy.

Pengelolaan Pendidikan Vokasi dan Potensi Kolaborasi

Belinda memberi banyak gambaran mengenai kondisi pendidikan vokasi di Victoria. Misalnya, di Victoria lulusan politeknik pasti siap kerja, lebih siap dari universitas. Perusahaan biasanya tidak ingin memberikan training lagi. Selanjutnya lulusan politeknik lebih mudah diterima kerja. Selain itu, lulusan dari politeknik juga mendapatkan sertifikat dan sudah punya kerjaan full time, dimulai sejak masa kuliah. Jadi, meskipun sama-sama fresh graduate, tapi pengalaman sudah 3 tahun yang dari politeknik.

“Model seperti itu kita bisa kerja sama dengan TAFE (Technical and Further Education). Bisa dengan Jurusan Digital Animation, beberapa politeknik lain di Australia bisa diajak kolaborasi mulai dari student exchange program, atau mengerjakan online project dan student moblility program. Mahasiswa dari Victoria bisa belajar bahasa seminggu, bisa juga dual degree program 2 tahun di sini dan 2 tahun di sana,” katanya Belinda

“Kita selalu lihat opportunity program kerja sama dengan banyak negara. Namun salah satu yang kualitas pendidikannya terbaik adalah dari Australia. Kalo di sana, politeknik programnya 3 tahun sudah bachelor.  Kerja sama yang paling memungkinkan dalam waktu dekat adalah student & lecturer exchange, internship program, international program (ISMA), dan studi lanjut bagi dosen MNP karena ada banyak beasiswa baik untuk magister maupun doktoral agar bisa menjadi pengajar yang lebih berkualitas,” tambahnya.

Harapan Kolaborasi di Masa yang Akan Datang

Roy berharap, untuk proyek-proyek ke depan, Balinda dan tim Victorian Government Trade & Investment Office dapat menyertakan mahasiswa dari MNP untuk berkolaborasi. Ia menyambut baik keinginan Belinda yang ingin coba mencari peluang kerja sama yang bisa dijalin antara MNP dan politeknik di Victoria.

“Sebenarnya anak-anak tingkat SMA di Indonesia lebih banyak yang cocok kuliah di politeknik. Profil mahasiswa MNP juga yang punya passion untuk bekerja langsung di industri Kita juga tertarik kerja sama dengan institusi di sana mengenai tata kelola agar acuannya ke institusi yang lebih baik. Semoga kita bisa segera berkolaborasi dan civitas academica MNP bisa berkunjung sambil belajar di sana,” tutup Roy.

Menu