Bagaimana Perusahaan Logistik Bertahan dan Menjadi Penting di Indonesia?

Perushaaan Logistik bertahan saat era pandemi dan pasca pandemi gimana caranya? Isu resesi global yang terjadi saat ini ternyata tidak memberikan dampak negatif pada industri logistik di Indonesia. Dari banyaknya perusahaan besar maupun rintisan yang melakukan restrukturisasi hingga mengalami kebangkrutan, industri logistik sejak akhir tahun lalu nambak baik-baik saja. Salah satu penyebabnya adalah hampir seluruh industri dari beragam bidang membutuhkan logistik sebagai mesin distribusinya.

Meskipun begitu, ada cukup banyak tantangan ketika perusahaan logistik beroperasi di Indonesia. Seperti yang dipaparkan oleh Eddi Efanto selaku Operation General Manager KGXpress (KGX) pada kuliah tamu di Kampus Multimedia Nusantara Polytechnic (MNP), Gading Serpong, Tangerang.

Strategi Bertahan Perusahaan Logistik

“Ada 3 hambatan yang membuat operasional perusahaan logistik di Indonesia begitu menantang. Yang pertama adalah kondisi geografis. Dibanding Amerika Serikat, di sini lebih kompleks karena pulau-pulaunya terpisah, sehingga logistik lebih banyak transit dan lebih mahal. Kedua, regulasi hukum yang belum sempurna ditambah perang harga atau tarif. Dan yang ketiga masalah kendaraan Over DIminsion & Over Load (ODOL), pungli, dan peran asosiasinya yang belum terlihat signifikan,” papar Eddi

Eddi menambahkan, KGX mencoba untuk mengurangi permasalahan tersebut dengan menjalankan inisiatif membangun SuperHub. Fasilitas yang bisa menampung volume sangat besar milik KGX terletak di dua tempat, yakni Palmerah dan Cakung, Jakarta.

“Mengapa SuperHub? Karena bisa meng-handle barang besar, handling dibutuhkan, butuh efisiensi. Dengan begitu, tidak boleh banyak transit, sehingga bisa mengurangi barang rusak. Proses lebih direct dan tidak melalui jaringan yang rumit. SuperHub membantu hal itu,” jelasnya.

Menjadi Perusahaan Logistik yang Dibutuhkan

Selain memiliki SuperHub, KGX juga menjalankan strategi Business to Business (B2B) Platform Base dan Client Base. Untuk B2B, contohnya Lazada kerja sama dengan KGX dengan lebih banyak manfaat. Biaya yang lebih terarah dan bisa ditekan, risiko yang lebih rendah, hingga investasi yang juga terarah. Sementara itu, Client Base merupakan kerja sama dengan pemilik brand langsung yang memiliki official store. Misalnya dengan Polytron, sehingga ada kepastian volume karena transaksi di official store pasti diantar oleh KGX.

“Kenapa KGX nggak ada di e-commerce? Yang pertama karena high cost. Listing fee mahal (vendor kargo tidak bisa tawar harga) dan harus ada network cost (jaringan harus bangun di seluruh indonesia). Kedua, High risk, seperti price war, membuat revenue enggak baik. Dan ketiga adalah banyaknya pilihan, sehingga tidak ada jaminan volume. Udah mahal, risikonya tinggi,” ungkap Eddi.

Pada kesempatan kuliah tamu ini, Eddi juga memberikan banyak pengetahuan tambahan terkait industri logistik. Mahasiswa Program Studi atau Jurusan E-Commerce Logistics MNP terlihat antusias dengan knowledge sharing yang dilakukan oleh perusahaan logistik milik Kompas Gramedia ini. Melalui kuliah tamu dari KGX, diharapkan mahasiswa mendapatkan pemahaman yang terkini mengenai bidang keahliannya sejak masa kuliah. Kegiatan ini juga menjadi bagian dari metode Immersive Learning Experience yang diterapkan di MNP.

Menu